PUISI 

ENGKAUKAH OMBAK YANG TAK MERINDUKAN PANTAI

Sajak-sajak Ahmadun Yosi Herfanda

____________________________________________________________

 

ENGKAUKAH OMBAK

YANG TAK MERINDUKAN PANTAI   

 

 

Tiap berlayar selalu kuingat saat berlabuh.

Sebab Cintaku padamu tak pernah angkat sauh.

Dengan layar perahu kurentang Rindu.

Namun angin membawaku semakin jauh.

Walau gemuruh ombak mengaduh.

Minta dermaga kembali mendekapmu.

 

Adakah ombak yang tak rindu pantai

Adakah pantai yang tak rindu ombak

Adakah dermaga yang tak rindu perahu

Adakah perahu yang tak rindu dermaga

Engkaukah sosok yang diam membatu

Yang tak kenal rasa rindu

 

(Ombak telah membuktikan kesetiaan pada pantai

Padanya ia selalu melabuhkan kecupan-kecupan

Tiap detik tak lepas dari kasih sayangnya)

 

Setiap berlayar selalu kucatat

Waktu kembali berlabuh padamu

Tunggulah. Rinduku takkan lupa

Hangat pelukanmu

 

Tanjungpasir, 2021

 

 

 

 

 

JALAN ANGGUR

 

Aku tak tahu jalan ini menuju ke mana

Liku-likunya menyusur tembok-tembok tua

Yang kehilangan cahaya. Aku khawatir

Tersesat lagi ke dosa yang lama. Terdengar

Suara burung hantu dan kelelawar beterbangan

Dari lorong-lorong gelap kota. Mengisyaratkan

Arah kegelapan bakal tiba

 

Aku mau pergi tapi tak tahu arah kembali

Aku mau balik tapi tak tahu arah pergi

Pergi-balik. Balik-pergi. Pergi-balik. Balik-pergi

Sampai lupa jalan sendiri

Peta di tangan tak berkabar arah tujuan

 

Tuhan, tunjukkan jalanmu

Tunjukkan jalan lurus itu

Tanpamu aku benar-benar tersesat

Terpaksa minum lagi dosa yang lezat

 

Aku tak tahu jalan ini menuju ke mana

Ada buah-buah dosa bergelantungan

Bagai buah anggur yang ranum dan segar

Tuhan, maafkan aku telah memetiknya

Tapi ragu-ragu untuk memakannya

 

Tanganku menggigil dalam doa

Kata-kata berloncatan tanpa suara

Mencari makna

 

Pamulang, 2019

 

 

 

 

DOA UNTUK NEGERIKU

 

Seperti harapan yang engkau tabur

Pada tahun-tahun yang pengembara

Aku pun menebar rasa bersaudara

Jika hari kembali terjaga dalam gairah kerja

Aku selalu berdoa, untukmu, negeriku

Untuk keselamatanmu, untuk kejayaanmu

Walau corona masih menghantuimu

Dan wabah gelombang ketiga menakutimu

Aku ingin langkahmu tetap tegar

dalam menggenapkan arah peta

 

 

Kutebarkan kata-kata bijak

Mengusap wajah-wajah para pekerja

Menepis covid, berlindung selembar harapana

Mereka menumpang gerbong-gerbong kereta

Dan bus-bus antarkota. Mereka dari desa ke kota

Lalu lenyap di balik gedung-gedung berkaca

Di tanganmu yang perkasa, mereka

Menganyam cita-cita, sehasta demi sehasta

Juga untukmu, tanah airku

 

Kini doaku mengental, menjadi sajak

Yang dengan senyumnya mengucapkan

Selamat malam, selamat menuai mimpi

Lalu dengan sayap makna menari-nari di udara

Menciumi tiap pipi yang merona oleh sapaannya

 

Esok hari dengan seribu sayap bidadari

Sajak itu akan membawa sekuntum bunga

Bagi tiap warga negara. Berharap tiap kelopaknya

Mekar jadi tawa dalam rasa bersaudara.

 

Jakarta, 2021

 

 

 

 

 

 

Biografi  Singkat:

 

AHMADUN YOSI HERFANDA adalah alumnus FPBS Univ. Negeri Yogyakarta (UNY – d.h. IKIP Yogyakarta). Pernah kuliah di Univ. Paramadina Mulya dan menyelesaikan Magister Komunikasi di Univ. Muhammadiyah Jakarta. Ia lahir di Kaliwungu, 17 Januari 1958. Dikenal sebagai penyair social-religius. Ia adalah salah seorang penggagas dan pencanang forum Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) – forum penyair yang diadakan secara bergilir di Negara-negara Asia Tenggara, dan salah seorang deklarator Hari Puisi Indonesia (HPI) yang dirayakan secara nasional tiap 26 Maret. Selain puisi, ia juga banyak menulis cerpen dan esei sastra.  Sejak 2010, mantan redaktur sastra Harian Republika  ini mengajar penulisan kreatif (creative writing) pada Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Serpong. Ia sering menjadi pembicara dan pembaca puisi dalam berbagai forum sastra nasional dan internasional di dalam dan luar negeri.

Ahmadun juga pernah menjadi ketua tetap Jakarta International Literary Festival (JILFest), anggota pengarah Pertemuan Penyair Nusantara (PPN), anggota dewan penasihat Malay Studies Centre Pattani University Thailand, ketua Lembaga Literasi Indonesia (Indonesia Literacy Institute), dan pemimpin redaksi portal sastra Litera (www.litera.co.id ).  Ia juga pernah menjadi ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ, 2009-2012), ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 2007-2012), ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1996), ketua Komunitas Cerpen Indonesia (KCI, 2007-2012), dan anggota tim ahli Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud RI bidang Sastra (2014-2015).

Buku kumpulan sajaknya yang telah terbit, antara lain Sang Matahari  (Nusa Indah, Ende Flores, 1980), Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1991), Sembahyang Rumputan  (Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1996),  Fragmen-fragmen Kekalahan (Penerbit Angkasa, Bandung, 1996), Ciuman Pertama untuk Tuhan (puisi dwi-bahasa, Logung Pustaka, 2004 — meraih Penghargaan Sastra Pusat Bahasa, 2008), Dari Negeri Daun Gugur (Pustaka Littera, 2015), dan Ketika Rumputan Bertemu Tuhan (Pustaka Littera, 2016) – terpilih sebagai buku unggulan (5 besar) dalam Anugerah Hari Puisi Indonesia 2016. Sedangkan buku kumpulan cerpennya yang telah terbit, antara lain Sebelum Tertawa Dilarang (Balai Pustaka, Jakarta, 1997), Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (Bening Publishing, 2004), dan Badai Laut Biru (Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2004).***

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

nine − 8 =